Sabtu, 25 Oktober 2014

sifat impermeabilitas terhadap membran sel



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Membran sel merupakan membran yang paling luar baik pada sel prokariot maupun pada sel eukariot. Fungsi membran adalah memelihara isi sel dari pencampuran bebas dengan molekul di luar sel sebagai penghubung sel dengan lingkungan luarnya, karena membran sel merupakan salah satu penyusun sel yang memisahkan bagian dalam sel dengan lingkungan luar sel. Selain fungsi tersebut, membran sel juga sangat berperan dalam trasportasi seluler suatu ion atau molekul. Membran sel tersusun oleh beberapa molekul, diantaranya adalah lipid, protein, dan karbohidrat. Masing-masing dari molekul tersebut mempunyai fungsi, peranan, serta komponen molekul yang berbeda  masing-masing. Terkait dengan struktur dari membran plasma, mengalami perkembangan dari tahun 1917 hingga tahun 1972, perkembangan terakhir yang sampai sekarang masih menjadi acuan yaitu tentang fluid mozaic model yang menerangkan bahwa membran sel tersusun atas dua lapis fosfolipid (fosfolipid bilayer), dimana ujung permukaan suatu lipid yang bersifat hidrofobik bersembunyi pada bagian interior lipid dua lapis dan ujung permukaan hidrofilik menghadap ke permukaan dua sisi membran plasma (baik yang menghadap ke interior sel maupun ke lingkungan luar sel).   
       Transportasi pada membran meliputi transpor aktif dan transpor pasif. Contoh dari transpor aktif adalah pompa Na+ dan K+ yang melibatkan ATP dalam prosesnya, sedangkan transpor pasif dapat berupa difusi, osmosis, endositosis, dan eksositosis. Masing-masing dari bentuk transportasi tersebut akan dibahas secara detail dalam makalah ini.
       Osmosis adalah proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
B.     Tujuan
       Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui proses terjadinya osmosis pada telur.
2.      Untuk mengetahui sifat permeabilitas terhadap membran sel.
C.    Manfaat
       Adapun manfaat pada praktikum ini yaitu:
1.      Praktikan mampu memahami peristiwa terjadinya osmosis pada telur.
2.      Praktikan mampu mengetahui sifat permeabilitas terhadap membran sel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Membran sel atau lebih dikenal dengan mermbran plasma merupakan bagian sel yang memisahkan lingkungan internal (bagian dalam) dengan lingkungan eksternal (bagian luar) suatu sel, atau dengan kata lain merupakan barier antara sel dengan lingkungannya. Dengan dibatasi membran tersebut, sel mengorganisir lingkungan internalnya untuk tujuan aktivitas kehidupan sel. Membran sel bersifat selektif permiabel, yang berarti hanya molekul tertentu yang dapat melalui membran plasma ini. Beberapa substansi lebih sukar melintasinya daripada substansi lain, dan ada pula molekul-molekul tertentu yang sama sekali tidak dapat lolos (Faisal, 2010).
Sekarang ini kita ketahui bahwa semua membran biologik, baik membran plasma ataupun membran organel sel mempunyai struktur dan fungsi yang hampir sama. Membran tersebut tersusun atas lipid dan protein, yang perbandingan molekulnya tergantung pada jenis membran, lokasi, dan fungsinya di dalam sel.
Membran plasma sangat tipis, yaitu dengan ukuran 7,5-10 nanometer (nm) sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, namun dapat dilihat dengan mikroskop electron (
Faisal, 2010).
       Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan kepada suatu larutan untuk mencegah mengalirnya molekul air dari suatu pelarut ke dalam larutan.  Peristiwa osmosis merupakan difusi air yaitu migrasi molekul air (dari konsentrasi lebih rendah, yaitu pelarut) menuju suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi.  Suatu sel bisa mengalami kondisi hipertonik ataupun hipotonik sehingga menghasilkan sel yang krenasi atau plasmolisis karena adanya osmosis tadi (Tjahjadarmawan, 2013).
Perkembangan Konsep Modern Struktur Membran: Model Mosaik Cair.
Model dari Danielli dan Davson menarik perhatian luas dan memberikan konsep yang penting untuk semua penelitian yang menyangkut struktur membran sampai tahun 1960an. Selama periode tahun ini, berbagai macam penelitian menemukan bahwa fosfolipid dan protein merupakan penyusun membran yang terpenting. Fakta penting dikemukakan oleh J.D. Robertson dari Universitas Duke, yang mana memperhatikan keseragaman pada membran sel di bawah mikroskop elektron. Berdasarkan penelitiannya, Robertson mengusulkan pada konsep membrannya bahwa semua membran tersusun atas struktur yang sama.
Penelitian tahun 1960 dimulai untuk menyatakan ketidakselarasan dengan model Danielli dan Davson. Pada tahun 1966, S. J. Singer menemukan bahwa pada protein membran terindikasi terdapat lebih dari 30 persen ikatan asam amino yang tersusun dalam alfa heliks. Dengan demikian, perbandingan protein membran secara umum adalah bahwa (protein) bentuk gulungan lebih sedikit daripada penyebaran dalam lapisan yang hanya memiliki satu asam amino seperti model yang diusulkan oleh Danielli dan Davson. Singer mencatatkan bahwa total isi (bentuk) alfa heliks pada membran pada kenyataannya adalah jenis protein dengan bentuk bulatan yang lebih sedikit daripada bentuk datar. Bagaimanapun juga, protein dengan bentuk bulatan terlihat tidak cocok dengan model Danielli dan Davson karena penyebaran protein dalam bentuk ini pada dua sisi dari lapisan akan membangun struktur yang lebih tebal daripada ukuran sebenarnya yang diamati pada membrane (
Faisal, 2010).
Lebih jauh, masalah pada model Danielli dan Davson datang dari pengamatan yang dilakukan Singer bahwa protein membran yang tak terlipat, pada intinya lapisan dua dimensi pada kedua sisi membran pasti akan mengalami degradasi asam amino hidrofob yang mana menyusun protein membran dalam medium cair pada permukaan sel. Kondisi ini sangat berbeda, karena banyak sekali energi yang harus dikeluarkan untuk mempertahankan gugus hidrofob dalam lingkungan yang bersifat hidrofil. Energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan protein pada lapisan yang tersebar secara tipis akan menjadi tinggi, pada kenyataannya bahwa membran akan menjadi tidak stabil dan tak sama untuk meninggalkan bagian yang tak rusak selama beberapa saat (Faisal, 2010).
Pengamatan pada keaadan fosfolipid yang sebenarnya dalam air terpisah merupakan salah satu masalah. Pengamatan membuat persoalan ini menjadi jelas bahwa tidak perlu menerima (pernyataan) bahwa fosfolipid mesti dibungkus oleh protein untuk menurunkan tegangan permukaanyan ketika fosfolipid ini berada dalam air. Zat yang digunakan oleh Danielli dan Davson pada percobaan mereka sepenuhnya murni minyak yang memiliki karakteristik hidrofob. Zat jenis ini mengumpul dalam bentuk bulatan ketika berada dalam air. Ketika bentuk bulatan terdegradasi kemungkinan terkecil, daerah permukaan berda di sekitar molekul air, bulatan ini melawan perubahan bentuk yang lebih datar. Perlawanan terhadap perubahan bentuk terlihat pada tegangan permukaan yang relatif lebih tinggi dari tetes-tetes minyak di air. Tetes-tetes fosfolipid sebaliknya dapat mengisi susunan dwilapis yang mana keseluruhan permukaan yang terdegradasi bersifat hidrofil. Ini mengakibatkan mereka (fosfolipid) untuk melakukan berbagai bentuk dalam air dan menurunkan tegangan permukaan fosfolipid dengan tidak diperlukannya protein pembungkus permukaan. Dengan demikian, seperti yang biasa terjadi dalam penelitian, Danielli dan Davson memberikan kesimpulan yang direvisi bahwa protein sangat penting pada struktur membrane (Faisal, 2010).
       Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor (Faisal, 2010).
       Menurut Ramansyah (2012), berikut adalah contoh osmosis:
1.        Masuk dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan merupakan proses osmosis. Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh, sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
2.        Jika sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi atau solvent rendah), maka sel akan menyusut (ter-plasmolisis) karena cairan sel keluar menuju larutan hypertonic.
3.        Ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan mengalami penyusutan volume tubuh.
4.        Air laut adalah hypertonic bagi sel tubuh manusia, sehingga minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.
5.        Kentang yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.
 Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Ramansyah, 2012).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida (Ramansyah, 2012).
Transpor aktif adalah pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan mengangkut ion Na+ bersama melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misal perpindahan air dari korteks ke stele (Ramansyah, 2012).
Endositosis adalah proses pemasukan zat ke dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif karena melawan kadar gradien (darikonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan memerlukan energi sel. Endositosis terbagi dua, yaitu :
fagositosis (pemasukan zat padat) dan pinositosis (permasukan zat cair). Contoh endositosis adalah sel darah putih yang memakan bakteri penyakit. Sel tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam suatu vakuola makanan yang selanjutnya dicerna oleh lisosom (
Ramansyah, 2012).
Eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini juga tergolong transpor aktif karena melawan kadar gradien (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan memerlukan energi sel. Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel - sel kelenjar pada peristiwa sekresi. Cairan enzim itu dimasukkan ke dalam vakuola. Vakuola itu menuju ke tepi sel, kemudian membran plasma akan membuka dan keluarlah enzim tersebut dari dalam sel (Ramansyah, 2012).
alam membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik larutan-larutan dengan konsetrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai isotonik (Campbell, 2003).
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak. Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan dkk., 2011).
Menurut Wulangi (1993), permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
a.      Ukuran sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam amino berukuran kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino tergolong molekul besar dan tidak dapat menembus membrane plasma.
b.      Kelarutan dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma dengan lebih mudah dibandingkan dengan substansi lain.
c.      Muatan ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan membrane plasma akan ditarik kearah membrane plasma sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
d.      Ada / tidaknya molekul pengangkut.
BAB III
METODOLOGI
A.           Waktu dan Tempat
       Adapun waktu dan tempat pada praktikum ini yaitu pada:
Hari/tanggal       : Jumat / 6 Desember 2013
Waktu                : 15.30 WITA s/d selesai
Tempat               : Laboraturium Biodiversity FMIPA UNTAD
B.            Alat dan Bahan
       Adapun alat dan bahan pada praktikum ini yaitu:
1.        Alat:
a.       Botol
b.      Karet
c.       Plastik
d.      Jangka Sorong
e.       mistar
2.        Bahan:
a.         Telur
b.         Asam Cuka
c.         Sirup Marjan Merah
C.           Prosedur Kerja
       Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
1.        Mengukur panjang dan lebar telur.
2.        Memasukkan telur ke dalam botol yang telah disediakan.
3.        Menuangkan air cuka ke dalam botol hingga seluruh bagian telur terendam.
4.        Menutup botol menggunakan dengan plastik dan mengikatnya dengan karet.
5.        Mendiamkan telur selama 20 menit dan mengamati gelembung udara yang terjadi, kemudian mengukur kembali panjang dan lebarnya.
6.        Memasukan kembali telur ke dalam botol dan mendiamkannya selama tiga hari.
7.        Mengeluarkan telur dari dalam botol.
8.        Mengamati dan mengukur panjang dan lebar telur yang telah direndam asam cuka selama tiga hari.
9.        Mengganti air cuka dengan sirup marjan merah lalu mendiamkannya selama dua hari.
10.    Mengeluarkan telur dari botol.
11.    Mengamati dan mengukur panjang dan lebar telur yang telah direndam sirup marjan merah selama dua hari.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil Pengamatan
Table I. Hasil Pengamatan
No.
Perlakuan
Belum Ada
Asam Cuka
 (Hari Ke-3)
Glukosa
(Hari Ke-5)
1.


Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar    : 3,5 cm


Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar    : 7,6 cm


Keterangan:
Panjang : 5,8 cm
Lebar    : 7 cm
2.


Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar    : 3,5 cm


Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar    : 7,7 cm


Keterangan:
Panjang : 5,6 cm
Lebar    : 7 cm
3.


Keterangan:
Panjang : 4,74 cm
Lebar    : 3,66 cm


Keterangan:
Panjang : 6 cm
Lebar    : 7,75 cm


Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar    : 6,5 cm
4.

Keterangan:
Panjang : 5,2 cm
Lebar    : 3,2 cm
Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar    : 7,5 cm
Keterangan:
Panjang : 5,8 cm
Lebar    : 7 cm

B.            Pembahasan
Osmosis adalah perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilewati oleh partikel-partikel tertentu. Sedangkan tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol, mistar, karet, plastik, dan jangka sorong. Dan bahan yang digunakan yaitu telur, sam cuka, dan sirup mafrjan merah. Langkah pertama yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah mengukur panjang menggunakan mistar dan lebar telur yang belum diberikan perlakuan menggunakan mistar dan jangka sorong. setelah itu kemudian memasukkan telur ke dalam botol dengan hati-hati dan kemudian menuangkan cuka ke dalam botol sampai seluruh permukaan telur terendam. kemudian mengamati gelembung udara yang terbentuk dari telur yang didiamkan selama 20 menit. Setelah itu, memasukan kembali telur ke dalam botol lalu mendiamkannya selama tiga hari. Setelah tiga hari, yang dilakukan selanjutnya adalah mengeluarkan telur dari botol kemudian mengamati dan mengukur panjang dan lebarnya. Setelah itu selanjutnya mencuci botol hingga bersih dan memasukan telur ke dalam botol dan ditambahkan sirup marjan merah dan mendiamkannya selama dua hari. Setelah dua hari, selanjutnya yang dilakukan adalah mengamati dan mengukur panjang dan lebar telur. Kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada telur, dan mencatat hasil pengamatan.
       Dari hasil praktikum didapatkan hasil yang berbeda-beda dari setiap kelompok. Dimana pada kelompok 1 dan 2 kelas A panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu panjang 5,5 cm dan lebar 3,5 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi 6,5 cm lebarnya menjadi 7,6 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup telur kembali mengalami perubahan panjang menjadi 5,8 cm dan lebarnya menjadi 7cm. Pada kelompok 3 dan 4 kelas A panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu panjang 5,5 cm dan lebar 3,5 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi 6,5 cm lebarnya menjadi 7,7 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup telur kembali mengalami perubahan pajnang menjadi 5,6 cm dan lebarnya menjadi 7 cm. Pada kelompok 1 dan 2 kelas B panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu panjang 4,74 cm dan lebar 3,66 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi 6 cm lebarnya menjadi 7,75 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup telur kembali mengalami perubahan panjang menjadi 5,5 cm dan lebarnya menjadi 6,5. Pada kelompok 3 dan 4 kelas B panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu panjang 5,2 cm dan lebar 3,2 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi 6,5 cm lebarnya menjadi 7,5 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup telur kembali mengalami perubahan pajnang menjadi 5,8 cm dan lebarnya menjadi 7 cm. Pada telur yang belum diberikan perlakuan, panjang telur yaitu 4,74 cm dan lebar 3,66 cm. setelah dirandam di asam cuka terliha di sekitar permukaan telur terbentuk gelembung udara karbon dioksida dan panjangnya 5,17 cm dan lebarnya 4,6 cm. Setelah dikur didapatkan hasil panjang yaitu 6 cm dan lebar yaitu 7,25 cm.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan lalu memasukan hasil pengamatan ke dalam tabel, dapat dilihat adanya perubahan pada bentuk dan tekstur telur, telur menjadi membesar dan cangkangnya menjadi lunak. Telur menjadi membesar karena adanya peristiwa osmosis yaitu mengalirnya zat cair dalam larutan (asam cuka) pada cangkang telur sehingga melalui membran semi permeabel (selaput kulit ari telur) dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Cangkang telur menjadi lunak karena cangkang telur mengandung Kalsium Karbonat (CaCO3) yang karena molekul tersebut dapat membuat cangkangnya itu keras dan cuka mengandung asam asetat (CH3COOH) yang mampu membuat cangkang nya menjadi lunak. Jadi ketika cuka bercampur dengan telur maka asam asetat cuka akan melarutkan cangkang telur dan telur akan menjadi elastik atau lunak. Telur akan berubah menjadi kenyal seperti jelly. Karena sifat glukosa (sirup) kental, kekentalan sirup mempengaruhi besar telur, sehingga telur menjadi mengecil dan juga telur berubah warna menjadi warna merah karena pengaruh warna sirup yang  merah. Larutan asam cuka yang ada di dalam telur perlahan keluar ke larutan glukosa yang menyebabkan glokosa menjadi mencair yang sebelumnya kental.
BAB V
PENUTUP
A.           Kesimpulan
       Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu:
1.     Membran sel memiliki sifat semipermeabel dan selektif permeabel. Semipermeabel artinya mudah dilewati oleh molekul air. Selektif permeabel artinya membran hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu.
2.      Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa apabila telur direndam di asam cuka maka telur akan menjadi membesar dan apabila di rendam di larutan glukosa maka telur akan menjadi mengecil.
3.      Larutan asam cuka dapat membuat cangkang telur menjadi lunak karena
pada asam cuka mengandung asam asetat (CH3COOH).
B.            Saran
       Saran saya ada baiknya laboraturium menyiapkan alat dan bahan dengan jumlah yang cukup, agar praktikum dapat berjalan dengan efisien. Kemiduan dalam melakukan praktikum diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, dkk., 2011, Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA UNM, Makassar.

Campbell, 2003, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Faisal, M., 2010, Struktur Dan Fungsi Membran Sel, http://ichalsains. blogspot. com/2010/09/struktur-dan-fungsi-membran-sel-oleh.html, diakses hari Senin
       16 Desember 2013 pukul 10:00 WITA.
Ramansyah, B., 2012, Pengertian Difusi, Osmosis, Transpor Aktif, Endisitosis, Eksositosis, http: // biologi heck in/ pengertian-difusi-osmosistranspor-aktif.
       html, diakses pada hari Senin 16 Desember 2013 pukul 11:35 WITA.
Tjahjadarmawan, E., 2013, Percobaan Osmosis: Menyelidiki Terjadinya Osmosis Pada Telur Ayam, http://praktikum biologi terakhir/ kusukakimia percobaan-osmosis-menyelidiki-terjadinya-osmosis-pada-telur-ayam. html, diakses hari
       Minggu 15 Desember 2013 pukul 20:00 WITA.
Wulangi, S., 1993, Prinsip-Prinsip  Fisiologi Hewan, DEPDIBDUD, Jakarta.



1 komentar:

  1. Bahan Kimia Perawatan Reverse Osmosis

    Deskripsi

    Seri kimia AERO telah dikembangkan sebagai antiscalant cair spektrum luas, pembersih skala anorganik dan penghilang endapan besi, sebagai pembersih membran serba guna yang efektif terhadap foulant berbasis organik untuk digunakan dalam sistem reverse osmosis dan ultra filtrasi.
    Bahan kimia seri AERO yang terbayar bersertifikat NSF / ANSI Standard 60 - Bahan Kimia Perawatan Air Minum.
    Aplikasi

    Membersihkan membran osmosis terbalik untuk menghilangkan fouling yang disebabkan oleh foulant organik, biologis, koloid, garam besi, oksida dan hidroksida. Ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan penskalaan kalsium karbonat ringan.

    fitur

    Kinerja tinggi dan biaya operasi rendah.
    Dampak lingkungan rendah.
    Tingkatkan efisiensi operasional.
    Mengurangi risiko penskalaan dan korosi.
    TANPA GRADE MAKANAN TANPA GRADE MAKANAN
    1 PAY-OFF AERO 38 L
    2 PAY-OFF AERO 40 D
    3 PAY-OFF AERO ASC 1016
    4 PAY-OFF AERO 30
    5 OXYFITE PAY-OFF

    Untuk informasi lebih lanjut tentang Chemical ini bisa menghubungi saya di email
    tommy.transcal@gmail.com
    WA;0813-1084-9918

    Terima kasih

    BalasHapus