BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membran sel merupakan membran yang
paling luar baik pada sel prokariot maupun pada sel eukariot. Fungsi membran
adalah memelihara isi sel dari pencampuran bebas dengan molekul di luar sel
sebagai penghubung sel dengan lingkungan luarnya, karena membran sel merupakan
salah satu penyusun sel yang memisahkan bagian dalam sel dengan lingkungan luar
sel. Selain fungsi tersebut, membran sel juga sangat berperan dalam trasportasi
seluler suatu ion atau molekul. Membran sel tersusun oleh beberapa molekul,
diantaranya adalah lipid, protein, dan karbohidrat. Masing-masing dari molekul
tersebut mempunyai fungsi, peranan, serta komponen molekul yang berbeda masing-masing. Terkait dengan struktur dari
membran plasma, mengalami perkembangan dari tahun 1917 hingga tahun 1972,
perkembangan terakhir yang sampai sekarang masih menjadi acuan yaitu tentang
fluid mozaic model yang menerangkan bahwa membran sel tersusun atas dua lapis
fosfolipid (fosfolipid bilayer), dimana ujung permukaan suatu lipid yang
bersifat hidrofobik bersembunyi pada bagian interior lipid dua lapis dan ujung
permukaan hidrofilik menghadap ke permukaan dua sisi membran plasma (baik yang
menghadap ke interior sel maupun ke lingkungan luar sel).
Transportasi pada membran meliputi transpor aktif dan transpor pasif. Contoh dari transpor aktif adalah pompa Na+ dan K+ yang melibatkan ATP dalam prosesnya, sedangkan transpor pasif dapat berupa difusi, osmosis, endositosis, dan eksositosis. Masing-masing dari bentuk transportasi tersebut akan dibahas secara detail dalam makalah ini.
Transportasi pada membran meliputi transpor aktif dan transpor pasif. Contoh dari transpor aktif adalah pompa Na+ dan K+ yang melibatkan ATP dalam prosesnya, sedangkan transpor pasif dapat berupa difusi, osmosis, endositosis, dan eksositosis. Masing-masing dari bentuk transportasi tersebut akan dibahas secara detail dalam makalah ini.
Osmosis adalah
proses perpindahan air dari zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke
larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis), proses ini biasa melalui
membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih
pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh
zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk
ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini
bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu
sendiri. Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena
ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
B. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui proses terjadinya
osmosis pada telur.
2.
Untuk mengetahui sifat permeabilitas
terhadap membran sel.
C.
Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum ini yaitu:
1.
Praktikan mampu memahami peristiwa
terjadinya osmosis pada telur.
2.
Praktikan mampu mengetahui sifat
permeabilitas terhadap membran sel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Membran
sel atau lebih dikenal dengan mermbran plasma merupakan bagian sel yang
memisahkan lingkungan internal (bagian dalam) dengan lingkungan eksternal
(bagian luar) suatu sel, atau dengan kata lain merupakan barier antara sel
dengan lingkungannya. Dengan dibatasi membran tersebut, sel mengorganisir
lingkungan internalnya untuk tujuan aktivitas kehidupan sel. Membran sel
bersifat selektif permiabel, yang berarti hanya molekul tertentu yang dapat
melalui membran plasma ini. Beberapa substansi lebih sukar melintasinya
daripada substansi lain, dan ada pula molekul-molekul tertentu yang sama sekali
tidak dapat lolos (Faisal,
2010).
Sekarang
ini kita ketahui bahwa semua membran biologik, baik membran plasma ataupun
membran organel sel mempunyai struktur dan fungsi yang hampir sama. Membran
tersebut tersusun atas lipid dan protein, yang perbandingan molekulnya
tergantung pada jenis membran, lokasi, dan fungsinya di dalam sel.
Membran plasma sangat tipis, yaitu dengan ukuran 7,5-10 nanometer (nm) sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, namun dapat dilihat dengan mikroskop electron (Faisal, 2010).
Membran plasma sangat tipis, yaitu dengan ukuran 7,5-10 nanometer (nm) sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, namun dapat dilihat dengan mikroskop electron (Faisal, 2010).
Tekanan osmosis adalah tekanan yang
diberikan kepada suatu larutan untuk mencegah mengalirnya molekul air dari
suatu pelarut ke dalam larutan. Peristiwa osmosis merupakan difusi air
yaitu migrasi molekul air (dari konsentrasi lebih rendah, yaitu pelarut) menuju
suatu larutan yang konsentrasinya lebih tinggi. Suatu sel bisa mengalami
kondisi hipertonik ataupun hipotonik sehingga menghasilkan sel yang krenasi
atau plasmolisis karena adanya osmosis tadi (Tjahjadarmawan, 2013).
Perkembangan
Konsep Modern Struktur Membran: Model Mosaik Cair.
Model dari Danielli dan Davson menarik perhatian luas dan memberikan konsep yang penting untuk semua penelitian yang menyangkut struktur membran sampai tahun 1960an. Selama periode tahun ini, berbagai macam penelitian menemukan bahwa fosfolipid dan protein merupakan penyusun membran yang terpenting. Fakta penting dikemukakan oleh J.D. Robertson dari Universitas Duke, yang mana memperhatikan keseragaman pada membran sel di bawah mikroskop elektron. Berdasarkan penelitiannya, Robertson mengusulkan pada konsep membrannya bahwa semua membran tersusun atas struktur yang sama.
Penelitian tahun 1960 dimulai untuk menyatakan ketidakselarasan dengan model Danielli dan Davson. Pada tahun 1966, S. J. Singer menemukan bahwa pada protein membran terindikasi terdapat lebih dari 30 persen ikatan asam amino yang tersusun dalam alfa heliks. Dengan demikian, perbandingan protein membran secara umum adalah bahwa (protein) bentuk gulungan lebih sedikit daripada penyebaran dalam lapisan yang hanya memiliki satu asam amino seperti model yang diusulkan oleh Danielli dan Davson. Singer mencatatkan bahwa total isi (bentuk) alfa heliks pada membran pada kenyataannya adalah jenis protein dengan bentuk bulatan yang lebih sedikit daripada bentuk datar. Bagaimanapun juga, protein dengan bentuk bulatan terlihat tidak cocok dengan model Danielli dan Davson karena penyebaran protein dalam bentuk ini pada dua sisi dari lapisan akan membangun struktur yang lebih tebal daripada ukuran sebenarnya yang diamati pada membrane (Faisal, 2010).
Model dari Danielli dan Davson menarik perhatian luas dan memberikan konsep yang penting untuk semua penelitian yang menyangkut struktur membran sampai tahun 1960an. Selama periode tahun ini, berbagai macam penelitian menemukan bahwa fosfolipid dan protein merupakan penyusun membran yang terpenting. Fakta penting dikemukakan oleh J.D. Robertson dari Universitas Duke, yang mana memperhatikan keseragaman pada membran sel di bawah mikroskop elektron. Berdasarkan penelitiannya, Robertson mengusulkan pada konsep membrannya bahwa semua membran tersusun atas struktur yang sama.
Penelitian tahun 1960 dimulai untuk menyatakan ketidakselarasan dengan model Danielli dan Davson. Pada tahun 1966, S. J. Singer menemukan bahwa pada protein membran terindikasi terdapat lebih dari 30 persen ikatan asam amino yang tersusun dalam alfa heliks. Dengan demikian, perbandingan protein membran secara umum adalah bahwa (protein) bentuk gulungan lebih sedikit daripada penyebaran dalam lapisan yang hanya memiliki satu asam amino seperti model yang diusulkan oleh Danielli dan Davson. Singer mencatatkan bahwa total isi (bentuk) alfa heliks pada membran pada kenyataannya adalah jenis protein dengan bentuk bulatan yang lebih sedikit daripada bentuk datar. Bagaimanapun juga, protein dengan bentuk bulatan terlihat tidak cocok dengan model Danielli dan Davson karena penyebaran protein dalam bentuk ini pada dua sisi dari lapisan akan membangun struktur yang lebih tebal daripada ukuran sebenarnya yang diamati pada membrane (Faisal, 2010).
Lebih
jauh, masalah pada model Danielli dan Davson datang dari pengamatan yang
dilakukan Singer bahwa protein membran yang tak terlipat, pada intinya lapisan
dua dimensi pada kedua sisi membran pasti akan mengalami degradasi asam amino
hidrofob yang mana menyusun protein membran dalam medium cair pada permukaan
sel. Kondisi ini sangat berbeda, karena banyak sekali energi yang harus
dikeluarkan untuk mempertahankan gugus hidrofob dalam lingkungan yang bersifat
hidrofil. Energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan protein pada lapisan yang
tersebar secara tipis akan menjadi tinggi, pada kenyataannya bahwa membran akan
menjadi tidak stabil dan tak sama untuk meninggalkan bagian yang tak rusak
selama beberapa saat (Faisal,
2010).
Pengamatan
pada keaadan fosfolipid yang sebenarnya dalam air terpisah merupakan salah satu
masalah. Pengamatan membuat persoalan ini menjadi jelas bahwa tidak perlu
menerima (pernyataan) bahwa fosfolipid mesti dibungkus oleh protein untuk
menurunkan tegangan permukaanyan ketika fosfolipid ini berada dalam air. Zat
yang digunakan oleh Danielli dan Davson pada percobaan mereka sepenuhnya murni
minyak yang memiliki karakteristik hidrofob. Zat jenis ini mengumpul dalam
bentuk bulatan ketika berada dalam air. Ketika bentuk bulatan terdegradasi
kemungkinan terkecil, daerah permukaan berda di sekitar molekul air, bulatan
ini melawan perubahan bentuk yang lebih datar. Perlawanan terhadap perubahan
bentuk terlihat pada tegangan permukaan yang relatif lebih tinggi dari
tetes-tetes minyak di air. Tetes-tetes fosfolipid sebaliknya dapat mengisi
susunan dwilapis yang mana keseluruhan permukaan yang terdegradasi bersifat
hidrofil. Ini mengakibatkan mereka (fosfolipid) untuk melakukan berbagai bentuk
dalam air dan menurunkan tegangan permukaan fosfolipid dengan tidak
diperlukannya protein pembungkus permukaan. Dengan demikian, seperti yang biasa
terjadi dalam penelitian, Danielli dan Davson memberikan kesimpulan yang
direvisi bahwa protein sangat penting pada struktur membrane (Faisal, 2010).
Osmosis
adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang
lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat
dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan
konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.
Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui
membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor (Faisal,
2010).
Menurut Ramansyah (2012),
berikut adalah contoh osmosis:
1.
Masuk
dan naiknya air mineral dalam tubuh pepohonan
merupakan proses osmosis.
Air dalam tanah memiliki kandungan solvent lebih besar (hypotonic) dibanding dalam pembuluh, sehingga air masuk menuju xylem/sel tanaman.
2.
Jika
sel tanaman diletakkan dalam kondisi hypertonic (solut tinggi atau solvent rendah), maka sel
akan menyusut (ter-plasmolisis) karena cairan sel keluar
menuju larutan hypertonic.
3.
Ikan air tawar yang ditempatkan di air laut akan
mengalami penyusutan volume
tubuh.
4.
Air
laut adalah hypertonic bagi sel tubuh
manusia, sehingga minum air laut justru menyebabkan dehidrasi.
5.
Kentang
yang dimasukkan ke dalam air garam akan mengalami penyusutan.
Tekanan osmotik
merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Ramansyah, 2012).
Difusi adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh
lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk
perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau
fluida (Ramansyah,
2012).
Transpor aktif adalah pengangkutan
lintas membran dengan menggunakan energi ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan
K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan mengangkut ion Na+ bersama
melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Misal perpindahan air dari korteks ke stele (Ramansyah, 2012).
Endositosis adalah proses
pemasukan zat ke dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif karena melawan
kadar gradien (darikonsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi) dan memerlukan energi sel. Endositosis terbagi
dua, yaitu :
fagositosis (pemasukan zat padat) dan pinositosis (permasukan zat cair). Contoh endositosis adalah sel darah putih yang memakan bakteri penyakit. Sel tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam suatu vakuola makanan yang selanjutnya dicerna oleh lisosom (Ramansyah, 2012).
fagositosis (pemasukan zat padat) dan pinositosis (permasukan zat cair). Contoh endositosis adalah sel darah putih yang memakan bakteri penyakit. Sel tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam suatu vakuola makanan yang selanjutnya dicerna oleh lisosom (Ramansyah, 2012).
Eksositosis adalah proses
pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini juga tergolong transpor aktif karena
melawan kadar gradien (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi) dan
memerlukan energi sel. Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari
dalam sel - sel kelenjar pada peristiwa sekresi. Cairan enzim itu dimasukkan ke
dalam vakuola. Vakuola itu menuju ke tepi sel, kemudian membran plasma akan
membuka dan keluarlah enzim tersebut dari dalam sel (Ramansyah, 2012).
alam
membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik.
Larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik
larutan-larutan dengan konsetrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai
isotonik (Campbell, 2003).
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai
jalur lalu lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan
menetukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak.
Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang
stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan dkk.,
2011).
Menurut Wulangi (1993), permeabilitas membrane plasma
tergantung pada :
a. Ukuran sel, molekul berukuran besar
tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam amino berukuran
kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan protein
yang merupakan gabungan darii banyak asama amino tergolong molekul besar dan
tidak dapat menembus membrane plasma.
b. Kelarutan dalam lemak, substansi
yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma dengan lebih mudah
dibandingkan dengan substansi lain.
c. Muatan ion, zat yang mempunyai muatan
berlawanan dengan muatan membrane plasma akan ditarik kearah membrane plasma
sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
d. Ada / tidaknya molekul pengangkut.
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pada praktikum ini
yaitu pada:
Hari/tanggal : Jumat
/ 6 Desember 2013
Waktu : 15.30 WITA s/d selesai
Tempat : Laboraturium Biodiversity FMIPA UNTAD
B.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan pada praktikum ini
yaitu:
1.
Alat:
a. Botol
b. Karet
c. Plastik
d. Jangka
Sorong
e. mistar
2.
Bahan:
a.
Telur
b.
Asam Cuka
c.
Sirup Marjan Merah
C.
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini
yaitu:
1.
Mengukur panjang dan lebar telur.
2.
Memasukkan telur ke dalam botol yang
telah disediakan.
3.
Menuangkan air cuka ke dalam botol
hingga seluruh bagian telur terendam.
4.
Menutup botol menggunakan dengan plastik
dan mengikatnya dengan karet.
5.
Mendiamkan telur selama 20 menit dan
mengamati gelembung udara yang terjadi, kemudian mengukur kembali panjang dan
lebarnya.
6.
Memasukan kembali telur ke dalam botol
dan mendiamkannya selama tiga hari.
7.
Mengeluarkan telur dari dalam botol.
8.
Mengamati dan mengukur panjang dan lebar
telur yang telah direndam asam cuka selama tiga hari.
9.
Mengganti air cuka dengan sirup marjan
merah lalu mendiamkannya selama dua hari.
10. Mengeluarkan
telur dari botol.
11. Mengamati
dan mengukur panjang dan lebar telur yang telah direndam sirup marjan merah
selama dua hari.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Table
I. Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
||
Belum
Ada
|
Asam
Cuka
(Hari Ke-3)
|
Glukosa
(Hari
Ke-5)
|
|
1.
|
Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar : 3,5 cm
|
Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar : 7,6 cm
|
Keterangan:
Panjang : 5,8 cm
Lebar : 7 cm
|
2.
|
Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar : 3,5 cm
|
Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar : 7,7 cm
|
Keterangan:
Panjang : 5,6 cm
Lebar : 7 cm
|
3.
|
Keterangan:
Panjang : 4,74 cm
Lebar : 3,66 cm
|
Keterangan:
Panjang : 6 cm
Lebar : 7,75 cm
|
Keterangan:
Panjang : 5,5 cm
Lebar : 6,5 cm
|
4.
|
Keterangan:
Panjang : 5,2 cm
Lebar : 3,2 cm
|
Keterangan:
Panjang : 6,5 cm
Lebar : 7,5 cm
|
Keterangan:
Panjang : 5,8 cm
Lebar : 7 cm
|
B.
Pembahasan
Osmosis
adalah perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat
melalui selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya
dapat dilewati oleh partikel-partikel tertentu. Sedangkan tekanan osmosis
adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari larutan
encer ke larutan yang lebih pekat.
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol, mistar, karet, plastik, dan
jangka sorong. Dan bahan yang digunakan yaitu telur, sam cuka, dan sirup
mafrjan merah. Langkah pertama yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah
mengukur panjang menggunakan mistar dan lebar telur yang belum diberikan
perlakuan menggunakan mistar dan jangka sorong. setelah itu kemudian memasukkan
telur ke dalam botol dengan hati-hati dan kemudian menuangkan cuka ke dalam
botol sampai seluruh permukaan telur terendam. kemudian mengamati gelembung
udara yang terbentuk dari telur yang didiamkan selama 20 menit. Setelah itu,
memasukan kembali telur ke dalam botol lalu mendiamkannya selama tiga hari.
Setelah tiga hari, yang dilakukan selanjutnya adalah mengeluarkan telur dari
botol kemudian mengamati dan mengukur panjang dan lebarnya. Setelah itu selanjutnya mencuci botol hingga bersih
dan memasukan telur ke dalam botol dan ditambahkan sirup marjan merah dan
mendiamkannya selama dua hari. Setelah dua hari, selanjutnya yang dilakukan
adalah mengamati dan mengukur panjang dan lebar telur. Kemudian mengamati
perubahan yang terjadi pada telur, dan mencatat hasil pengamatan.
Dari hasil praktikum didapatkan hasil
yang berbeda-beda dari setiap kelompok. Dimana pada kelompok 1 dan 2 kelas A
panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu panjang 5,5 cm dan lebar 3,5 cm. setelah dirandam di asam
cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi 6,5 cm lebarnya menjadi 7,6 cm.
selanjutnya setelah direndam di sirup telur kembali mengalami perubahan panjang
menjadi 5,8 cm dan lebarnya menjadi 7cm. Pada
kelompok 3 dan 4 kelas A panjang dan lebar telur sebelum diberi perlakuan yaitu
panjang 5,5 cm dan lebar 3,5
cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang menjadi
6,5 cm lebarnya menjadi 7,7 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup telur
kembali mengalami perubahan pajnang menjadi 5,6 cm dan lebarnya menjadi 7 cm. Pada kelompok 1 dan 2 kelas B panjang dan lebar telur sebelum
diberi perlakuan yaitu panjang 4,74 cm dan lebar
3,66 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang
menjadi 6 cm lebarnya menjadi 7,75 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup
telur kembali mengalami perubahan panjang menjadi 5,5 cm dan lebarnya menjadi
6,5. Pada kelompok 3 dan 4 kelas B panjang dan lebar telur sebelum
diberi perlakuan yaitu panjang 5,2 cm dan lebar
3,2 cm. setelah dirandam di asam cuka, telur mengalami perubahan panjang
menjadi 6,5 cm lebarnya menjadi 7,5 cm. selanjutnya setelah direndam di sirup
telur kembali mengalami perubahan pajnang menjadi 5,8 cm dan lebarnya menjadi 7
cm. Pada
telur yang belum diberikan perlakuan, panjang telur yaitu 4,74 cm dan lebar 3,66
cm. setelah dirandam di asam cuka terliha di sekitar permukaan telur terbentuk
gelembung udara karbon dioksida dan panjangnya 5,17 cm dan lebarnya 4,6 cm.
Setelah dikur didapatkan hasil panjang yaitu 6 cm dan lebar yaitu 7,25 cm.
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan lalu memasukan hasil pengamatan ke dalam
tabel, dapat dilihat adanya perubahan pada bentuk dan tekstur telur, telur
menjadi membesar dan cangkangnya menjadi lunak. Telur menjadi membesar karena
adanya peristiwa osmosis yaitu mengalirnya zat cair dalam larutan (asam cuka)
pada cangkang telur sehingga melalui membran semi permeabel (selaput kulit ari
telur) dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Cangkang telur menjadi
lunak karena cangkang telur mengandung Kalsium
Karbonat (CaCO3) yang karena molekul tersebut dapat membuat cangkangnya
itu keras dan cuka mengandung asam asetat (CH3COOH) yang mampu
membuat cangkang nya menjadi lunak. Jadi ketika cuka bercampur dengan telur
maka asam asetat cuka akan melarutkan cangkang telur dan telur akan menjadi
elastik atau lunak. Telur akan berubah menjadi kenyal seperti jelly. Karena
sifat glukosa (sirup) kental, kekentalan sirup mempengaruhi besar telur,
sehingga telur menjadi mengecil dan juga telur berubah warna menjadi warna
merah karena pengaruh warna sirup yang
merah. Larutan asam cuka yang ada di dalam telur perlahan keluar ke
larutan glukosa yang menyebabkan glokosa menjadi mencair yang sebelumnya
kental.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini
yaitu:
1.
Membran sel
memiliki sifat semipermeabel dan selektif permeabel. Semipermeabel artinya
mudah dilewati oleh molekul air. Selektif permeabel artinya membran hanya dapat
dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu.
2. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa
apabila telur direndam di asam cuka maka telur akan menjadi membesar dan
apabila di rendam di larutan glukosa maka telur akan menjadi mengecil.
3. Larutan asam cuka dapat membuat cangkang telur
menjadi lunak karena
pada
asam cuka mengandung asam asetat (CH3COOH).
B.
Saran
Saran saya ada baiknya laboraturium menyiapkan alat dan bahan dengan
jumlah yang cukup, agar praktikum dapat berjalan dengan efisien. Kemiduan
dalam melakukan praktikum diperlukan
ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan,
dkk., 2011, Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi FMIPA
UNM, Makassar.
Campbell, 2003, Biologi, Erlangga, Jakarta.
Faisal, M.,
2010, Struktur Dan Fungsi Membran Sel, http://ichalsains.
blogspot. com/2010/09/struktur-dan-fungsi-membran-sel-oleh.html, diakses hari
Senin
16 Desember 2013 pukul 10:00 WITA.
Ramansyah, B.,
2012, Pengertian Difusi, Osmosis,
Transpor Aktif, Endisitosis, Eksositosis, http: // biologi heck in/
pengertian-difusi-osmosistranspor-aktif.
html, diakses pada hari Senin 16
Desember 2013 pukul 11:35 WITA.
Tjahjadarmawan, E., 2013, Percobaan Osmosis: Menyelidiki Terjadinya Osmosis Pada Telur Ayam, http://praktikum biologi terakhir/
kusukakimia percobaan-osmosis-menyelidiki-terjadinya-osmosis-pada-telur-ayam. html,
diakses hari
Minggu 15 Desember 2013 pukul 20:00
WITA.
Wulangi,
S., 1993, Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan, DEPDIBDUD, Jakarta.
Bahan Kimia Perawatan Reverse Osmosis
BalasHapusDeskripsi
Seri kimia AERO telah dikembangkan sebagai antiscalant cair spektrum luas, pembersih skala anorganik dan penghilang endapan besi, sebagai pembersih membran serba guna yang efektif terhadap foulant berbasis organik untuk digunakan dalam sistem reverse osmosis dan ultra filtrasi.
Bahan kimia seri AERO yang terbayar bersertifikat NSF / ANSI Standard 60 - Bahan Kimia Perawatan Air Minum.
Aplikasi
Membersihkan membran osmosis terbalik untuk menghilangkan fouling yang disebabkan oleh foulant organik, biologis, koloid, garam besi, oksida dan hidroksida. Ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan penskalaan kalsium karbonat ringan.
fitur
Kinerja tinggi dan biaya operasi rendah.
Dampak lingkungan rendah.
Tingkatkan efisiensi operasional.
Mengurangi risiko penskalaan dan korosi.
TANPA GRADE MAKANAN TANPA GRADE MAKANAN
1 PAY-OFF AERO 38 L
2 PAY-OFF AERO 40 D
3 PAY-OFF AERO ASC 1016
4 PAY-OFF AERO 30
5 OXYFITE PAY-OFF
Untuk informasi lebih lanjut tentang Chemical ini bisa menghubungi saya di email
tommy.transcal@gmail.com
WA;0813-1084-9918
Terima kasih