Rabu, 08 Oktober 2014

praktikum isolasi flora normal



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Mikroflora normal manusia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri dan fungi yang merupakan penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu khususnya kulit, usus besar dan vagina. Bakteri ini terkadang sangat sulit dibedakan dengan bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit pada setiap tubuh kita yang terluka maupun tidak terluka tetapi dihuni oleh bakteri pathogen tersebut. Dalam membedakan bakteri pathogen ataupun mikroorganisme flora normal tidak memiliki batasan yang jelas karena hal tersebut bergantung dengan keadaan di lingkungan sekitar dan juga keadaan manusia dimana flora normal tersebut tumbuh.
Di tubuh manusia terdapat mikoorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun seseorang  mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit disalon kecantikan, dijamin tidak ada kulit yang seratus persen bebas dari mikroorganisme atau lebih dikenal dengan sebutan kuman.  Tidak hanya dikulit mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik di luar tubuh maupun dalam tubuh seperti mulut, telinga, hidung maupun dalam usus.  
Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh tertentu bergantung kepada faktor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta beberapa zat penghambat.
Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu. Contohnya, Streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang biasa menghuni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak, maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan menimbulkan endokarditis infektif.
Oleh karena itu melalui laporan ini kami membuktikan bahwa di tubuh kita terdapat berbagai mikroorganisme baik bakteri maupun jamur yang bisa di perbanyak jumlahnya melalui uji coba menggunakan media  NA dan PDA dengan sampel dari permukaan lipatan kulit leher, mukosa mulut, lipatan tangan, selangkangan, vagina dan lipatan kaki.
Dari uraian di atas maka yang melatarbelakangi untuk pembuatan laporan ini adalah mengetahui bagaimana cara mengisolasi dan mengidentifikasi flora normal yang ada pada vagina, permukaan kaki, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher, mukosa mulut dan selangkangan dengan menggunakan media NA dan PDA.  
Dengan diketahuinya flora normal yang terdapat pada tubuh manusia sebagai kesehatan masyarakat diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin ada pada tubuh manusia, hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh, Escherichia coli tidak berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan Sistitis, suatu peradangan pada selaput lendir organ ini.
1.2    Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan percobaan ini yaitu :
1.         Untuk mengetahui teknik isolasi flora normal pada tubuh manusia
2.         Untuk mengetahui biakan murni
3.         Untuk mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba
1.3    Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui teknik isolasi flora normal pada tubuh manusia, praktikan dapat mengetahui biakan murni dan jug adapt mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba. Serta praktikan mampu mengetahui mikroorganisme yang terdapat pada sampel mikroba sehinga dapat menaruh perhatian lebih besar terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikroba normal atau asli pada inang manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Pengertian
2.1.1        Flora normal
Flora normal adalah berbagai bakteri dan fungi yang secara tetap menghuni bagian tubuh tertentu, terutama kulit, orofaring, kolon dan vagina. Virus dan parasit tidak dianggap sebagai anggota flora normal, walaupun keduanya dapat berada secara asimtomatik. Dari satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lain flora normal bervariasi baik dalam hal jumlah maupun macamnya (Jawetz, 2005).
Manusia sejak lahir berada di dalam biosfer yang penuh dengan mikroorganisme. Mikroorganisme berada di dalam tubuh manusia, tumbuh di beberapa bagian tubuh dalam keadaan tidak pernah statis, selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai kondisi lingkungan setempat. Pada tubuh dalam keadaan normal, diperkirakan terdapat lebih kurang 1012 bakteri yang menghuni kulit, 1010 di mulut dan 1014 di saluran pencernaan. Kebanyakan diantaranya merupakan bakteri yang sangat spesifik dalam hal kemampuan menggunakan bahan makanan, kemampuan menempel pada permukaan tubuh, dan mampu beradaptasi (secara evolusi) terhadap hospes (Jawetz, 2005).
Adanya flora normal pada beberapa bagian tubuh manusia sangat menyulitkan bagi seorang mokrobiolog untuk menentukan mikroorganisme penyebab infeksi pada spesimen klinik yang diperiksanya. Biasanya seorang ahli mikrobiologi klinik dituntut bertanggung jawab untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab infeksi pada spesimen secara tepat, dalam waktu singkat. Untuk menentukan mikroorganisme mana yang bertanggung jawab pada timbulnya infeksi di area mengandung flora normal adalah suatu pekerjaan yang sulit. Seorang klinisi atau ahli mikrobiologi klinik harus mengkorelasikan dengan data-data klinik pasien, sebelum menentukan penyebabnya. Untuk itu pengetahuan mengenai flora normal sangat penting dalam penegakan diagnosis penyakit infeksi (Jawetz, 2005).
2.1.2        Isolasi flora normal
Isolasi mikroba merupakan aktivitas untuk menumbuhkan mikroorganisme di luar dari lingkungan alaminya (Jawetz, 2005).
2.2    Medium
2.2.1        NA (Nutrient Agar)
Medium merupakan bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Medium yang dibuat dalam percobaan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan mikroba. Oleh karena itu, proses pembuatannya dilakukan dalam kondisi steril. Dalam percobaan ini medium yang dibuat ada 2 macam berdasarkan konsistensinya, yaitu medium padat dan medium cair (Nurirjawati, 2012).
Menurut Nurirjawati (2012), Nutrien Agar (NA) merupakan medium padat dilihat dari konsistensinya.  Berdasarkan fungsinya termasuk dalam medium umun yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri, dimana bahan-bahannya terdiri dari :
1.      Akuades berfungsi melarutkan bahan-bahan yang telah dicampurkan.
2.      Agar merupakan zat pemadat/pengeras medium yang bukan sebagai bahan makanan mikroba.
3.      Ekstrak daging, merupakan ramuan dasar dalam media biakan yang larut dalam air dan berfungsi sebagai sumber protein dan mineral.
4.      Pepton adalah protein yang terdapat pada susu kedelai, putih telur. Pepton banyak mengandung nitrogen sehingga baik digunakan sebagai bahan dalam pembuatan medium.



2.2.2        PDA (Potato Dextrose Agar)
Pada pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)  kentang yang telah dikupas dan dipotong-potong dengan ukuran ± 1 x 1 x 1 cm sebanyak 200 gram direbus dalam 500 ml air suling sampai cukup empuk. Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan garpu. Jika di tusuk terasa mudah, berarti kentang telah mengeluarkan sarinya. Kemudian 15 gram agar-agar larut, selanjutnya dekstrosa (dapat diganti dengan gula pasir) sebanyak 15 gram dimasukkan ke dalamnya. Air ekstrak kentang selanjutnya dituangkan ke dalam larutan agar-agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun yang tipis, larutan ditambahkan air steril sampai volumenya menjadi 100 ml. Setelah dididihkan, larutan PDA dimasukkan ke dalam erlenmayer kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan aluminium foil. Kemudian disterilkan di dalam autoclave selama kurang lebih 15 menit dengan suhu 121-1240C pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu PDA dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin (10-20oC), kemudian dituangkan ke dalam cawan petri (Panjaitan, 2011).
2.3    Bakteri/ jamur yang terdapat di vagina
2.3.1        Pengertian
Setelah lahir, Lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam. Jika pH menjadi netral, terdapat flora campuran kokus dan basil. Pada waktu pubertas, Lactobacil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat khususnya glikogen. Setelah menopause laktobasil kebali berkurang jumlahnya dan flora campuran muncul kembali. Dalam flora normal vagina juga ditemukan Streptokokus hemilitikus grup B, Streptokokus anaerob (Peptostreptokokus), spesies Bacteroides, Klostridia, Gardnerella (Haemophilus) vaginalis, Ureaplasma urealyticum, dan kadang-kadang Listeria atau spesies Mobiluncus (Jawetz dkk, 2005).
2.3.2        Pathogenesis
Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur. Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup Enterococus, Candida albicans (Pelczar, 2008).
Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam. Apabila pH ini menjadi netral akan terdapat flora campuran yaitu coccus dan bacil. Saat Pubertas, Lactobacil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan akan mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat khususnya glikogen. Keuntungan pembentukan asam ini yaitu untuk mencegah bakteri yang bersifat pathogen dalam vagina. Setelah Monopause, Lactobacil akan berkurang jumlahnnya dan flora campuran coccus dan bacil akan muncul kembali (Pelczar, 2008).
2.3.3        Etiologi
Infeksi yang disebabkan jamur, bakteri atau virus mengakibatkan kuman baik menurun sehingga terjadinya perkembangan bakteri jahat (patogen) meningkat, sehingga menyebabkan pH kewanitaan anda meningkat. Kurang menjaga kebersihan. Tidak dapat menjaga kebersihan pada area kewanitaan anda akan menimbulkan masalah keputihan sehingga bakteri jahat (patogen) meningkat mengakibatkan terjadinya infeksi yang mudah menyebar ke area kewanitaan (Hastini, 2008).
2.3.4        Pencegahan
Menurut Hastini (2008), beberapa pencegahan untuk mengurangi berkembangnya mikroorganisme pada vagina yaitu :
1.        Tidak disarankan untuk membilas vagina dengan cairan-cairan yang dapat mengganggu keseimbangan pH vagina.
2.        Menghindari pakaian dalam yang ketat atau bahan yang tidak menyerap keringat.
3.        Membiasakan membasuh vagina dengan cara yang baik dan benar yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang, bukan sebaliknya.
2.3.5        Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk keputihan yang masih ringan adalah dengan menggunakan larutan antiseptik khusus pembilas vagina yang dapat diperoleh di apotek.  Namun tidak semua produk pembersih vagina yang dijual di pasaran baik untuk kesehatan  vagina. Memperhatikan bagaimana cara menggunakan cairan tersebut dengan benar dan apa efek samping yang harus diwaspadai selama menggunakan cairan antiseptik pembilas vagina tersebut. (Hastini, 2008).
2.4    Bakteri/ jamur yang terdapat di kulit kaki
2.4.1        Pengertian
Infeksi jamur umumnya terjadi di kaki meskipun sebenarnya dapat pula terjadi pada berbagai bagian tubuh lain seperti tangan, pangkal paha, dan kulit kepala. Dermatofit dan non-dermatofit  termasuk dalam kategori jamur yang menginfeksi daerah superfisialis kulit (epidermis). Perbedaan kedua tipe ini dalam menginfeksi adalah posisi (kedalaman). Dermatofit bisa menginvasi ke dalam lapisan epidermis, gangguan dapat ditemukan mulai dari stratum basal sampai stratum korneum. Non-dermatofit hanya bisa menginfeksi sampai lapisan paling luar dari stratum korneum. Perbedaan ini disebabkan jamur dermatofit ini mengeluarkan zat tertentu (lipofilik dan proteofilik) untuk membuat epidermis ruptur, sementara non-demartofit tidak mempunyai zat ini. Untuk kedua jamur ini, pemeriksaan tidak dilakukan pada histopatologi, tetapi cukup untuk menemukan jamur (terutama hifa) dalam sediaan kulit yang dicurigai terinfeksi jamur (Mawarni, 2012).
2.4.2        Pathogenesis
Trichophyton rubrum, jamur ini menyerang daerah tangan dan kaki terutama daerah telapak dan sela-sela jari. Infeksi ini menular dari adanya kontak dengan debris keratin yang terinfeksi jamur di tempat yang kelembaban tinggi (lingkungan berair) ataupun tertutup. Kelompok yang sering terserang adalah petani, tukang cuci, dan tentara yang sering memakai sepatu tertutup. Penyebaran dari telapak kaki bisa sampai ke sela-sela jari dan bagian lateral kaki (Mawarni, 2012).
2.4.3        Etiologi
Salah satu faktor dapat terjadinya infeksi jamur pada kaki adalah lingkungan yang lembab dan hangat merupakan tempat favorit bagi jamur. Memakai sepatu basah, sepatu plastik, atau kaus kaki basah dapat menyebabkan infeksi jamur pada kaki. Kaki yang sering terkena air seperti saat mencuci juga akan memperbesar risiko tumbuhnya jamur kutu air (Mawarni, 2012).
2.4.4        Pencegahan
Untuk menghindari berkembangnya mikroorganisme pada daerah liparan kaki, menjaga kebersihan diri adalah hal penting yang harus dilakukan, kemudian usahakan untuk tidak memakai sandal atau sepatu yang lembab atau basah, karena biasanya kutu air sering hinggap di daerah-daerah tempat seperti itu. Tidak berganti-gantian memakai handuk ketika mandi, karena ini bisa mengakibatkan timbulnya jamur pada kulit dan badan akan terasa gatal-gatal dan masih banyak lagi yang bisa membuat kutu air menyerang tubuh (Mawarni, 2012).

2.4.5        Pengobatan
Jika penyakit pada lipatan kaki sudah menyerang atau hinggap pada kulit, maka sebaiknya obatilah dengan obat kutu air. Obat kutu air banyak didapat di apotek baik itu berupa salep maupun berupa tablet. Cara melakukannya dengan mengoleskan salep pada daerah-daerah yang terasa gatal atau yang terkena kutu air. Adapun yang berupa tablet cara melakukannya adalah dengan meminnya sesuai dengan aturan pakai (Mawarni, 2012).
2.5    Bakteri/ jamur yang terdapat di selangkangan
2.5.1        Pengertian
Selangkangan merupakan salah satu bagian tubuh yang mudah lembab karena ini merupakan bagian yang sering terlipat. Bagian yang lembab cukup mudah untuk terinfeksi jamur (Supriono, 2010).
Selangkangan sangat sensitif terhadap bakteri, jamur dan kelembaban. Gatal di selangkangan merupakan salah satu indikasi bahwa area di dekat kemaluan tersebut terinfeksi oleh jamur. Hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan kulit menjadi merah-merah atau luka (Supriono, 2010).
Mengalami gatal-gatal di bagian selangkangan dapat menjadi masalah tersendiri bagi siapa saja karena infeksi jamur bisa menyerang pria dan wanita (Supriono, 2010).
2.5.2        Pathogenesis
Tinea cruris adalah infeksi jamur yang terjadi di selangkangan. Tinea cruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan bagian atas paha dan alat kelamin. Ruam ini gatal, memiliki perbatasan merah dan bias menyebar. Ruam sering kali menyebar ke bagian dalam paha infeksi dapat menyebar ke kulit bagian lain dari tubuh (Supriono, 2010).
2.5.3        Etiologi
Menurut Supriono (2010), salah satu faktor dapat terjadinya infeksi candida yaitu faktor eksogen, yaitu :
1.        Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
2.        Kebersihan kulit
3.        Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
4.        Kontak dengan penderita, misalnya pada trush, balanopostitis.
2.5.4        Pencegahan
Menurut Supriono (2010), pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari berkembangnya mikroorganisme pada daerah selangkangan yaitu :
1.        Memilih celana dalam yang agak longgar
Menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat dapat mengurangi kelembaban di selangkangan sehingga jamur tidak menyebar lagi karena daerah yang lembab sangat sensitif terhadap jamur dan bakteri.
2.        Mandi menggunakan sabun antiseptik
Untuk mengatasi gatal mandi menggunakan sabun antiseptik merupakan salah satu solusinya. Saat ini banyak produk sabun mandi yang dilengkapi dengan antiseptik sehingga membuat jamur di selangkangan tidak tumbuh lagi dan mati.
2.5.5        Pengobatan
Menurut Supriono (2010), pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengobati perkembangan mikroorganisme pada daerah selangkangan yaitu :
1.        Menggunakan salep yang mengandung ketonazole, mizonazole dan fungasol.
2.        Meminum obat untuk anti gatal
3.        Menggunakan obat tradisional yaitu gelugur dan asam kendis

2.6  Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan tangan (ketiak)
2.6.1        Pengertian
Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida disebut Candidiasis. Candidiasis kulit yang terdapat pada lapisan terluar kulit merupakan bentuk yang paling sering dari infeksi Candida. Pada kebanyakan kasus tidak bersifat invasive atau mengancam nyawa. Infeksi kulit terutama terjadi pada bagian-bagian tubuh yang basah, hangat seperti ketiak, lipatan paha, skrotum, atau lipatan-lipatan di bawah payudara. Infeksi paling sering terdapat pada orang gemuk dan diabetes. Daerah-daerah itu menjadi merah dan mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel (Simatupang, 2009).
2.6.2        Pathogenesis
Kelenjar sekretori manusia terdiri dari apokrin dan ekrin. Kelenjar ekrin tersebar hampir di seluruh permukaan tubuh dan berhubungan dengan proses termoregulasi dengan menghasilkan keringat sedangkan kelenjar apokrin menyebabkan bau khas feromon. Kelenjar ini menghasilkan sejumlah kecil cairan berminyak yang tidak berbau saat mencapai permukaan kulit. Bau khas dihasilkan akibat penguraian oleh bakteri terhadap cairan berminyak (Wibosono, 2009).
Aroma tubuh manusia dihasilkan dari kelenjar apokrin walaupun dapat berasal dari sumber lain. Sekresi kelenjar sebasea dan penguraian produk dari keratinisasi, terutama pada hiperhidrosis, dapat  menghasilkan bau tidak sedap. Sekresi kelenjar ekrin biasanya tidak berbau tetapi berbagai subtansi dapat diekskresikan, seperti bawang putih dan arsen. Karakteristik bau bisa berhubungan dengan berbagai amino – aciduria. Keringat dapat memiliki bau khas seperti pada penyakit gout, diabetes, scurvy, dan penyakit lain. Beberapa pasien yang mengeluh bau badan dapat mengalami fobia atau paronia (Wibosono, 2009).
 Kelenjar apokrin banyak ditemukan di daerah aksila dan genital tetapi juga dapat ditemukan di dada, telinga (kelenjar seruminous), dan area periorbital (kelenjar Moll). Sekresi apokrin berpengaruh terhadap produksi bau melalui aktivitas bakteri terhadap komponen yang dihasilkan. Host di daerah aksila terdiri dari berbagai bakteri, kebanyakan berupa bakteri Gram positif. Leyden  menyatakan walaupun ada beberapa mikroorganisme yang merupakan flora normal aksila, seperti Micrococcaceae, Aerobic  diphtheroids, dan Propionibacteria, namun hanya Diphtheroids yang menghasilkan bau badan khas (Wibosono, 2009).
Pengaruh hiperhidrosis pada bromhidrosis belum jelas. Beberapa pendapat mengatakan bahwa keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin memperberat bromhidrosis apokrin dengan mendorong penyebaran lokal dari komponen keringat yang dihasilkan kelenjar apokrin dan meningkatkan kelembaban lingkungan untuk bakteri berkembang biak (Wibosono, 2009).
Pada situasi tertentu, sekresi dari kelenjar ekrin yang tidak berbau dapat menghasilkan bau tidak sedap dan menyebabkan bromhidrosis ekrin. Ketika keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin melembutkan keratin, degradasi bakteri terhadap keratin dapat menghasilkan bau tidak sedap. Mengkonsumsi beberapa makanan, seperti bawang putih, kari, alkohol, dan beberapa obat (penisilin dan bromida) dapat menyebabkan bromhidrosis ekrin. Selain itu, bromhidrosis ekrin dapat disebabkan oleh gangguan metabolik (Wibosono, 2009).
2.6.3        Etiologi
Menurut Simatupang (2009), salah satu faktor dapat terjadinya infeksi candida yaitu faktor eksogen, yaitu :
1.        Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
2.        Kebersihan kulit
3.        Perubahan hormon, seperti pada saat beranjak dewasa
4.        Saat stress atau gugup sehingga tubuh mengeluarkan banyak keringat.
2.6.4        Pencegahan
Tidak memakai pakai linen dan sutera karena bisa menyebabkan endapan keringat yang bisa menciptakan bau badan, untuk menjauhi bau ketiak dan badan pakailah baju berbahan katun yang bisa menyerap keringat (Mawarni, 2012).
2.6.5        Pengobatan
Menurut Mawarni (2012), ada beberapa pengobatan untuk penyakit panu diantaranya :
1.        Mandi minimal 2 kali sehari, menggunakan sabun deodoran atau menggunakan sabun herbal agar kulit bebas dari jamur, karena jamur dan bakteri adalah penyebab bau badan.
2.        Mengoleskan cuka putih pada ketiak dengan menggunaka kapas, jangan menggunakan deodoran sama sekali. Maka dalam sesaat kemudian ketiak akan bebas dari bau.
2.7    Bakteri/ jamur yang terdapat di lipatan leher
2.7.1        Pengertian
Pada kondisi kulit normal, terdapat flora normal yang berhubungan Pityrosporom sp. Malassezia furfur  merupakan bentuk spora yang merupakan penyakit baberubah menjadi pathogen (Andriana, 2010).
Penyakit ini biasanya disebabkan kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama. Gejala penyakit panu awalnya berupa bercak-bercak warna putih hingga kecoklatan, dapat berbentuk teratur atau tidak teratur, serta kadang disertai sisik halus di atasnya. Bercak itu bakal tampak lebih jelas dan berpendar warna khusus jika dilihat di bawah lampu wood. Lokasi tubuh yang paling sering diserang penyakit ini adalah dada punggung, ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher bahkan muka dan kulit kepala yang berambut (Andriana, 2010).
2.7.2        Pathogenesis
Jamur Malassezia furfur tidak datang dari tanah atau binatang, tetapi ditemukan pada kulit manusia sebagai penghuni tetap pada lapisan atas kulit bersama dengan mikroba lainnya. Jamur ini tidak akan menjadi penyakit jika tidak ada faktor-faktor pendukung (pakaian yang lembab, panas dan tidak ada aliran udara). Pada lingkungan yang berminyak, jamur Malassezia furfur akan mengalami perkembangan yang optimal, oleh karena itu, bitik putih seringkali terjadi pada lengan atas bagian belakang, leher, dada dan wajah. Lalu, Malassezia fufur merupakan bentuk spora dan merupakan bentuk yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia (Andriana, 2010).
Akibat dari pertumbuhan jamur Malassezia furfur  menimbulkan bercak putih, bercak putih tersebut disebabkan oleh asam dekarboksilase yang dihasilkan oleh jamur yang bersifat kompetitif inhibitor terhadap enzim tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap melanosit yang menghasilkan pigmen warna pada kulit (Andriana, 2010).
2.7.3        Etiologi
Menurut Andriana (2010), flora normal pada kulit bisa berubah menjadi patogen atau menimbulkan penyakit pada manusia, faktor-faktornya adalah faktor eksogen atau yang berasal dari luar tubuh manusia seperti kelembaban dan suhu yang tinggi, higiene perorangan kurang baik, dan pakaian yang terlalu tertutup. Faktor endogen atau yang berasal dari tubuh manusia sendiri seperti kulit berminyak, keadaan tubuh yang cenderung lebih banyak berkeringat, faktor genetik juga berperan, dan kondisi daya tahan tubuh yang sedang menurun seperti pada penderita yang mendapat pengobatan steroid dalam jangka waktu lama.



2.7.4        Pencegahan
Menurut Andriana (2010), cara mencegah timbulnya bakteri/ jamur pada bagian tubuh yaitu :
1.        Mandi dengan menggunakan sabun yang berbahan antiseptik secara rutin, sehari dua kali. Hal tersebut untuk menghilangkan keringat yang setiap hari keluar dari tubuh. Selain menyebabkan bau asam, keringat juga akan meningkatkan kelembaban tubuh. Dalam keadaan seperti ini, panu akan mudah sekali tumbuh.
2.        Tunggu keringat sampai kering. Ketika kondisi tubuh sedang berkeringat apalagi keringat yang diakibatkan karena kegiatan fisik dapat membuat tubuh lebih mudah terkena jamur panu akibat dari kelembapan kulit yang berubah drastis.
2.7.5        Pengobatan
Menurut Andriana (2010), cara mengobati timbulnya bakteri/ jamur pada bagian tubuh yaitu :
1.      Cara menghilangkan panu dengan menggunakan bawang putih. Caranya, mengambil 1 siung bawang putih potong menjadi 2 bagian dan gosok-gosokkan ke kulit yang terkena panu.
2.        Selain cara alami diatas, juga bisa mengobati panu dengan obat-obat yang tersedia di apotek seperti mycoral.
2.8    Bakteri/ jamur yang terdapat di mukosa mulut
2.8.1        Pengertian
Flora utama hidung terdiri dari Korinebakteria, Stafilokokkus (S. epidermidis, S. aureus) dan Streptokokus (Jawetz dkk, 2005).
Selaput lendir (mukosa) mulut dan faring steril saat lahir namun dapat terkontaminasi sewaktu melalui jalan lahir. Dalam waktu 4-12 jam setelah lahir, streptococcus viridians menjadi flora tetap yang utama sepanjang hidup. Mereka mungkin berasal dari saluran nafas ibu dan pengasuhnya. Pada awal hidupnya, bertambah dengan Stafilokokus aerobic dan anaerob, diplokkus gram negatif, (Neisseria, Moraxella catarrbalis), Difteroid dan terkadang Lactobacillus. Ketika gigi mulai tumbuh, muncul Spirochaeta anaerob, spesies Prevotella, spesies Fusobakterium, Spesiesrothia dan spesies Capnocytophaga muncul bersamaan dengan beberapa vibrio anaerob dan laktobacilli. Spesies actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan pada gingival dewasa, begitupula dengan berbagai macam protozoa. Ragi (spesies Candida) terdapat pada mulut (Jawetz dkk, 2005).
Infeksi pada mulut dan saluran nafas bagian atas sering meliputi bakteri anaerob. Infeksi periodontal, abses perioral, sinusitis dan mastoiditis teruatama melibattkan Prevotella melaninogenica, Fusobakterium dan teptostreptokoki. Aspirasi saliva (mengandung sampai  dari organisme-organisme diatas dan aerob) dapat menyebabkan pneumonia nekrotik, abses paru dan empiema (Jawetz dkk, 2005).
2.8.2        Pathogenesis
Pada waktu lahir, rongga mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut (Pelczar, 2008).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces dan Lactobacillus (Pelczar, 2008).
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anaerobic (Pelczar, 2008).
2.8.3        Etiologi
Faktor penyebab dari penyakit sariawan biasanya dikarenakan karena luka tergigit, terluka saat menggosok gigi, stress, alergi makanan, makanan berminyak, mengkonsumsi makanan dan minuman yang panas, siklus haid, kelainan pencernaan, kebersihan mulut yang tidak terjaga atau karena kondisi tubuh yang tidak fit serta kurangnya konsumsi vitamin C (Pebrin, 2011).
2.8.4        Pencegahan
Kebersihan mulut dapat dijaga dengan menyikat gigi maupun menyikat daerah bukal dan lidah dengan sikat lembut. Pada pasien yang memakai gigi tiruan, gigi tiruan harus direndam dalam larutan pembersih seperti Klorheksidin, hal ini lebih efektif dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan, karena permukaan gigi tiruan yang tidak rata dan porus menyebabkan candida mudah melekat, dan jika hanya menyikat gigi tiruan tidak dapat menghilangkannya (Ramansyah, 2011).
2.8.5        Pengobatan
Menurut Ramansyah (2011), beberapa golongan anti jamur  yang efektif untuk kasus-kasus pada rongga mulut, sering digunakan antara lain :
1.        Amfotericine B, dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanisme kerja obat ini yaitu dengan cara merusak membran sel jamur. Efek samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan nefrositik.
2.        Miconazole, Clotrimazole, mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidaknormalan membrane sel. Digunakan 4x/hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.
 
BAB III
METODOLOGI
3.1    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/tanggal         : Jumat/04 April 2014
Waktu                  : 13.00 s/d selesai
Tempat                 : Laboraturium Terpadu FKIK UNTAD
3.2    Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
3.2.1 Alat
1.         Bunsen
2.         Spray
3.         Kertas  A4
4.         Masker
5.         Handskun
6.         Cawan Petri
7.         Lap Halus
8.         Incubator
9.         Korek api
3.2.2 Bahan
1.         Cotton Bud
2.         Alkohol 70%
3.         Medium NA (Natrium Agar)
4.         Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
5.         Spritus
6.         Sampel mikroba vagina, lipatan kaki  ,selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher dan mukosa mulut.




3.3    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
3.3.1        Medium NA :
1)        Menyiapkan medium NA (Nutrien Agar).
2)        Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.
3)        Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.
4)        Menyalakan bunsen.
5)        Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada sampel.
6)        Mensterilkan medium NA (Nutrien Agar) dengan melidahapikan  setiap sisi medium NA dengan cara diputar-putar.
7)        Membuka tutup medium NA (Nutrien Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian medium NA (Nutrien Agar) agar medium NA (Nutrien Agar)  yang sudah steril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .
8)        Mengoles sampel secara zig-zag pada medium NA (Nutrien Agar).
9)        Mensterilkan kembali medium NA (Nutrien Agar) dengan cara melidahapikan  kembali sisi-sisi cawan petri.
10)    Membungkus medium NA (Nutrien Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian memasukan sampel ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11)    Setelah 24 jam sampel dapat diamati.
3.3.2        Medium PDA :
1)        Menyiapkan medium PDA (Potato Dextrose Agar).
2)        Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.
3)        Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.
4)        Menyalakan bunsen.
5)        Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada sampel.
6)        Mensterilkan medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan melidahapikan  setiap sisi medium PDA dengan cara diputar-putar.
7)        Membuka tutup medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian medium PDA (Potato Dextrose Agar) agar medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang sudah steril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .
8)        Mengoles sampel secara zig-zag pada medium PDA (Potato Dextrose Agar).
9)        Mensterilkan kembali medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan cara melidahapikan  kembali sisi-sisi cawan petri.
10)    Membungkus medium PDA (Potato Dextrose Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian memasukan sampel kedam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11)    Setelah 24 jam sampel dapat diamati.


BAB III
METODOLOGI
3.1    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/tanggal         : Jumat/04 April 2014
Waktu                  : 13.00 s/d selesai
Tempat                 : Laboraturium Terpadu FKIK UNTAD
3.2    Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
3.2.1 Alat
1.         Bunsen
2.         Spray
3.         Kertas  A4
4.         Masker
5.         Handskun
6.         Cawan Petri
7.         Lap Halus
8.         Incubator
9.         Korek api
3.2.2 Bahan
1.         Cotton Bud
2.         Alkohol 70%
3.         Medium NA (Natrium Agar)
4.         Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
5.         Spritus
6.         Sampel mikroba vagina, lipatan kaki  ,selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher dan mukosa mulut.




3.3    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
3.3.1        Medium NA :
1)        Menyiapkan medium NA (Nutrien Agar).
2)        Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.
3)        Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.
4)        Menyalakan bunsen.
5)        Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada sampel.
6)        Mensterilkan medium NA (Nutrien Agar) dengan melidahapikan  setiap sisi medium NA dengan cara diputar-putar.
7)        Membuka tutup medium NA (Nutrien Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian medium NA (Nutrien Agar) agar medium NA (Nutrien Agar)  yang sudah steril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .
8)        Mengoles sampel secara zig-zag pada medium NA (Nutrien Agar).
9)        Mensterilkan kembali medium NA (Nutrien Agar) dengan cara melidahapikan  kembali sisi-sisi cawan petri.
10)    Membungkus medium NA (Nutrien Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian memasukan sampel ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11)    Setelah 24 jam sampel dapat diamati.
3.3.2        Medium PDA :
1)        Menyiapkan medium PDA (Potato Dextrose Agar).
2)        Mensterilkan meja dengan menggunakan alkohol.
3)        Mensterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.
4)        Menyalakan bunsen.
5)        Mengambil sampel yang akan digunakan menggunakan cotton bud, dengan cara mengoleskan pada sampel.
6)        Mensterilkan medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan melidahapikan  setiap sisi medium PDA dengan cara diputar-putar.
7)        Membuka tutup medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang telah disterilkan, dengan cara membuka sedikit bagian medium PDA (Potato Dextrose Agar) agar medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang sudah steril tidak terkontaminasi mikroorganisme diluar .
8)        Mengoles sampel secara zig-zag pada medium PDA (Potato Dextrose Agar).
9)        Mensterilkan kembali medium PDA (Potato Dextrose Agar) dengan cara melidahapikan  kembali sisi-sisi cawan petri.
10)    Membungkus medium PDA (Potato Dextrose Agar) menggunakan kertas dengan cara terbalik, dan kemudian memasukan sampel kedam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C.
11)    Setelah 24 jam sampel dapat diamati.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Medium NA
No.
Sampel
Ket. Morfologi
Gambar
Ket.
 1.
vagina
Ø Bentuk : ireguler (tidak beraturan, bertepi)
Ø Ukuran : sedang
Ø Elevasi : flat (ketinggian tidak terukur, nyaris rata dengan medium)
Ø Permukaan : berkerut
Ø Margin : entire (tepian rata)
Ø Warna : putih
NA K1.jpg

bakteri
Terdapat bakteri
    2.
Lipatan kaki

Ø Bentuk : ireguler
Ø Ukuran : pinpoint
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : lobate
Ø Warna : putih
Na kaki klp. 2.jpg







bakteri
Terdapat bakteri
3.
Selangka-ngan

Ø Bentuk : ireguler
Ø Ukuran : besar
Ø Elevasi : raiset
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : labate
Ø Warna : putih
NA selangkangan.jpg



bakteri
Terdapat bakteri
4.
Lipatan tangan (ketiak)

Ø Bentuk : sirkuler
Ø Ukuran : kecil
Ø Elevasi : raiset (ketinggian terlihat nyata)
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih


NA klp. 4.jpg







bakteri
              jamur
Terdapat bakteri
dan
jamur
5.
Lipatan leher

Ø Bentuk : sirkuler
Ø Ukuran : pinpoint
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih
Kel 5 Na.jpg














bakteri
             jamur   
Terdapat bakteri
dan
jamur
6.
Mukosa mulut

Ø Bentuk : sirkuler
Ø Ukuran : pinpoint
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih
6. na 2.jpgbakteri





 



                                     jamur
Terdapat jamur































4.1.2 Tabel Medium PDA
No.
Sampel
Ket. morfologi
Gambar
Ket.
 1.
Vagina
Ø Bentuk : sirkuler (bulat, bertepi)
Ø Ukuran : sedang
Ø Elevasi : konveks (bentuk cembung seperti tetesan air)
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : entire (tepian rata)
Ø Warna : putih


Pda K1.jpg







            jamur

bakteri
Terdapat bakteri
dan
jamur
    2.
Lipatan kaki

Ø Bentuk : pinpoint
Ø Ukuran : kecil
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus mengkilap
Ø Margin : lobate
Ø Warna : putih
Pda kaki klp. 2.jpg













jamur

            bakteri
Terdapat bakteri
dan
jamur
3.
Selangka-ngan

Ø Bentuk : ireguler
Ø Ukuran : moderat
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : berkerut
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih







jamur
                bakteri
Terdapat bakteri
dan
jamur
4.
Lipatan tangan (ketiak)

Ø Bentuk : sirkuler
Ø Ukuran : kecil
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih




               bakteri
Terdapat bakteri
5.
Lipatan leher

Ø Bentuk : sirkuler
Ø Ukuran : pinpoint
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus
Ø Margin : entire
Ø Warna : putih
Kel 5 PDA.jpg




bakteri
Terdapat bakteri
6.
Mukosa mulut

Ø Bentuk : rezoid
Ø Ukuran : besar
Ø Elevasi : flat
Ø Permukaan : halus
Ø Margin : filamentous
Ø Warna : putih
6. pda 2.jpg








jamur
Terdapat jamur

4.2 Pembahasan
Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu bunsen, spray yang digunakan untuk menyemprotkan alkohol, kertas  A4 digunakan untuk mempertahankan suhu  pada saat berada dalam inkubator, masker digunakan untuk menutup mulut dan hidung, handskun untuk membungkus tangan agar tetap steril, cawan petri sebagai wadah medium NA dan PDA, lap halus untuk membersihkan meja, inkubator yang berfungsi sebagai tempat untuk pertumbuhan bakteri dengan suhu tertentu dan inkubator yang digunakan pada percobaan ini bersuhu 300C, korek api digunakan untuk menyalakan bunsen. Bahan yang digunakan yaitu cotton bud yang berfungsi untuk mengambil sampel, alkohol sebagai aseptis yang berfungsi sebagai tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman dan bakteri patogen, medium NA (Natrium Agar) sebagai tempat berkembangnya bakteri, medium PDA (Potato Dextrose Agar) sebagai tempat berkembangnya jamur, spritus sebagai bahan bakar buret dan sampel mikroba vagina, lipatan kaki, selangkangan, lipatan tangan (ketiak), lipatan leher dan mukosa mulut.
Nutrient  Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri.
Potato Dextrose Agar (PDA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari Potato infusion 200 gram, dextrose 20 gram, agar 15 gram dan akuades. Dalam hal ini kentang  digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Agar digunakan untuk memadatkan medium PDA, akuades untuk melarutkan agar, dextrose dan kentang. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir.
Pada percobaan kali ini langkah awal yang dilakukan yaitu tindakan aseptis untuk mensterilkan meja dan kedua tangan dengan antiseptik, yang bertujuan agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan luar, tidak lupa pula menggunakan masker. Menyalakan bunsen untuk mensterilkan cawan sebelum dimasukan sampel. Cawan petri harus disterilkan untuk meminimalisir mikroorganisme lain yang berada di lingkungan luar agar tidak terkontaminasi dengan media yang akan dipakai untuk menumbuhkan bakteri. Setelah selesai mengoleskan sampel pada medium NA dan PDA sampel kemudian dibungkus menggunakan kertas A4 secara terbalik. Terakhir, medium yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 300C. Inkubator yang digunakan bersuhu 300C karena bakteri dan jamur mudah berkembang pada suhu tersebut.
Sampel pertama yang  diamati yaitu vagina, berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat sangat banyak bakteri. Bakteri tersebut berukuran sedang, berbentuk ireguler, elevasi flat, permukaan berkerut, margin entire dan berwarna putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar ) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran sedang, berbentuk sirkuler, elevasi sedang, permukaan mengkilap dan halus, margin entire dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri  karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di PDA juga diperoleh bakteri, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur, hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun  setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4,4 sampai 4,6.  Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup EnterococcusCandida albicans dan sejumlah besar bakteri anaerobik. Masalah yang biasanya ditimbulkan oleh mikroorganisme pada vagina yaitu keputihan.    
Sampel kedua yang  diamati yaitu lipatan kaki, berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat sangat banyak bakteri. Bakteri tersebut berukuran pinpoint, berbentuk ireguler, elevasi flat, permukaan halus mengkilap, margin lobate dan berwarna putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran kecil, berbentuk pinpoint, elevasi flat, permukaan mengkilap dan halus, margin lobate dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri  karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di PDA juga diperoleh bakteri, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Mikroorganisme yang terdapat pada lipatan kaki yaitu Trichophyton rubrum. Mikroorganisme Trichophyton rubrum yang berlebih akan mengakibatkan kutu air. Hal ini biasanya terjadi pada orang yang menggunakan sepatu dalam waktu yang lama karena mikroorganisme berkembang pada tempat yang lembab.
Sampel ketiga yang diamati yaitu selangkangan. Berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri, bakteri tersebut berukuran besar, berbentuk ireguler, elevasi raiset, permukaan halus mengkilap, margin lobate dan berwarna putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran moderat, berbentuk ireguler, elevasi flat, permukaan berkerut, margin entire dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri  karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Pada sampel yang dibiakkan di PDA diperoleh bakteri, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Mikroorganisme yang tumbuh di daerah selangkangan menyebabkan bau yang tidak sedap, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti aktifitas yang berlebih atau terlalu banyak bergerak.  Tinea cruris merupakan mikroorganisme yang terdapat di selangkangan, mikroorganisme yang berlebih dapat berdampak buruk bagi tubuh, yaitu terasa gatal pada daerah selangkangan bahkan sampai memerah.
Sampel keempat yang diamati yaitu lipatan tangan (ketiak), berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur yang berukuran kecil, berbentuk sirkuler, elevasi raiset, permukaan halus dan mengkilap, margin entire dan berwarna putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri yang berukuran kecil, berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus, margin entire dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Namun juga diperoleh jamur, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media NA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Sedangkan pada media PDA yang seharusnya ditumbuhi jamur malah tumbuh bakteri, hal ini juga dikarenakan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar.
Sampel kelima yang diamati yaitu lipatan leher, berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) terlihat adanya bakteri dan jamur, yang berukuran pinpoint, berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus dan mengkilap, margin entire dan berwarna putih. Sedangkan pada medium PDA (Potato Dextrose Agar) terlihat adanya bakteri yang berukuran pinpoint, berbentuk sirkuler, elevasi flat, permukaan halus, margin entire dan berwarna putih. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri  karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Namun juga diperoleh jamur, hal ini menandakan bahwa pada saat melakukan percobaan ini kemungkinan media NA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Sedangkan pada media PDA yang seharusnya ditumbuhi jamur malah tumbuh bakteri, hal ini juga dikarenakan media PDA telah terkontaminasi dengan mikroorganisme yang berada di lingkungan luar. Kemungkinan bakteri yang terdapat pada lipatan kulit ini biasanya bakteri Malassezia furfur. Bakteri ini jika melebihi batas maka akan menyebabkan penyakit panu.
Pada sampel terakhir yaitu mukosa mulut, berdasarkan hasil pengamatan bakteri pada medium NA (Nutrient Agar) diperoleh hasil yang menunjukan bulatan yang kecil berwarna putih, berukuran pinpoint, berbentuk sirkuler, memiliki elevasi flat, permukaannya halus mengkilap dan margin entire. Pada sampel yang dibiakkan di  NA terdapat bakteri  karena medium NA merupakan medium untuk menumbuhkan bakteri. Sedangkan pada pengamatan bakteri pada medium PDA (Potato Dextrose Agar)  diperoleh hasil yang menunjukan bulatan yang kecil berwarna putih, berukuran besar, berbentuk rizoid, memiliki elevasi flat, permukaannya halus dan margin filamentous. Dari hasil itu juga diperoleh bakteri dan tidak tumbuh jamur, hal itu dikarenakan pada saat penempelan bakteri pada media, kurang menempel. Oleh karenanya bakteri yang dihasilkan tidak terlihat jelas, hanya satu bulatan putih tersebut.
Dari satu bulatan yang berwarna putih yaitu koloni bakteri, yang jumlahnya kemungkinan satu koloni lebih dari lima ratus sampai beribu-ribu juta sel bakteri. Pada sampel mukosa mulut ini terdapat jamur pada medium NA, hal ini menandakan bahwa media NA tersebut telah terkontaminasi dengan organisme di luar lingkungan. Hal ini terjadi kemungkinan pada saat memasukan sampel pada media ini telah masuk organisme di luar lingkungan entah terkontaminasi dari tangan ataupun dari nafas, sehingga menyebabkan tumbuhnya jamur. Flora normal yang menetap di mulut yaitu Streptococcus, Neisseria, Actynomyces, Lactobacillus. Streptococcus salivarius adalah spesies bakteri dominan flora mulut manusia dan merupakan spesies yang paling sering diidentifikasi menyebabkan kasus meningitis bakteri yang terjadi setelah prosedur injeksi tulang belakang karena kontaminasi dari situs prosedur dengan air liur.
Pada tubuh kita bukan hanya terdapat bakteri atau jamur yang merugikan namun ada juga beberapa jenis bakteri yang membantu proses metabolisme, untuk mencegah dampak negatif dari jamur dan bakteri ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya menjaga kebersihan diri dengan sering mandi minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi, memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah dampak negatif dari bakteri atau jamur.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat wajib untuk mengetahui flora normal pada tubuh manusia karena flora normal yang berlebih pada tubuh dapat menggagu kehidupan sehari-hari. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi flora normal yang berlebih yaitu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan.



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :
1.         Mikroba yang tumbuh pada medium NA adalah hanya bakteri, sedangkan mikroba yang tumbuh pada medium PDA adalah kapang dan khamir.
2.         Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies yang ditumbuhkan dalam medium buatan.
3.         Pada vagina terdapat mikroorganisme Laktobacillus, pada lipatan kaki terdapat mikroorganisme Trichophyton rubrum, mikroorganisme yang terdapat pada selangkangan adalah Tinea cruris, pada lipatan tangan (ketiak) terdapat mikroorganisme spesies Candida, pada lipatan kulit leher terdapat mikroorganisme Malassezia furfur dan mikroorganisme yang menetap di mulut yaitu Streptococcus.
5.2 Saran
5.2.1 Instansi Kesehatan
Diharapkan kepada para instansi kesehatan agar dapat mensosialisasikan bahwa pentingnya selalu membersihkan tubuh menggunakan sabun anti septik. Karena flora normal selalu ada pada tubuh kita walaupun kita sudah membersihkannya.
5.2.2 Asisten Dosen
Diharapkan saat melakukan praktikum ini asisten dosen dapat memastikan alat dan bahan steril agar hasil pengamatan lebih baik dan diharapkan asisten dosen dapat menjelaskan flora normal pada sampel lebih detail lagi.
5.2.3 Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Diharapkan kepada mahasiswa kesehatan masyarakat yang telah belajar tentang flora normal agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.




DAFTAR PUSTAKA

Andriana. 2010. Panu, penyebab, gejala dan cara mengobati. http:// panu-penyebab-gejala-dan-cara-mengobati.html. diakses pada rabu, 8 April 2014. 13:20.

 

Hastini Dinah. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Keputihan. http:// bebaskeputihan.blogspot.com/2009/12/pencegahan-keputihan.html. diakses pada rabu, 8 April 2014. 11:20.

 

Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Buku 1. Salemba medika. Jakarta.

Mawarni Iga. 2012. Penyakit yang disebabkan oleh jamur. http:// igamondo. blogspot.com/2012/12/penyakit-yang-disebabkan-oleh-jamur.html. diakses pada rabu, 8 April 2014. 12:00.

 

Michael J. Pelczar dan E.C.S Chan. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI-Press. Jakarta.

Nurirjawati. 2012. Laporan Lengkap Alat dan Medium. http://nurirjawati. wordpress.com/2012/01/21/laporan-lengkap-alat-dan-medium/.Diakses pada rabu, 8 April 2014. 10:50.


Panjaitan H., dkk. 2011. Identifikasi Fungi yang Berkembang pada Batang Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pasca Penebangan. Universitas Sumatera Utara. Medan. (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/view/2823). Diakses pada selasa, 8 April 2014. 21:36.

Pebrin. 2011. Mikroorganisme. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

 

Pelczar. Michael. J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ramansyah, B. 2011. Kandidiasis Oral. http: // /Kandidiasis Oral _ CaRameLite. htm.  Diakses pada hari rabu, 9 April 2014 pukul 07:21 WITA.

 

Simatupang, M,. 2009. Candida Albicans. Universitas Sumatera Utara. Medan. (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/view/2823). Diakses pada pada selasa, 8 April 2014. 21:36.

 

Supriono. 2010. Epidemologi Kesehatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

 



1 komentar:

  1. VINTAGE RAZOR CHINESE - TITIAN Cross Necklace
    › tas-cross-neck › tas-cross-neck A very unique Italian inspired cross titanium men\'s wedding band necklace - the VINTAGE RAZOR CHINESE, titanium hip crafted from genuine Italian ford ecosport titanium cross thread thread thread. Avery titanium white octane blueprint unique Italian inspired cross necklace. Rating: 4.5 2021 ford escape titanium hybrid 2,819 reviews $18.99 In stock

    BalasHapus